Kamis, 16 Februari 2012

Indahnya Sepertiga Malam

dan malam pun terus berjalan..semakin gelap....namun dipuncaknya akan menggantung indahnya cahaya fajar....
di antaranya da sebuah waktu spesial yang dikhususkan bagi mata yang terjaga karena rindu pada Tuhannya...bagi hati yang tertunduk di malam hari karena kesombongan di sepanjang siang.....bagi lidah yang bertasbih bermunajat setelah seharian berkel...uh kesah, bagi akal yang merindu fitrah rabbaniyah setelah sekian lama tertutup debu duniawi........
inilah dia sahabat.... indahnya SEPERTIGA MALAM.....waktu spesial, hanya ada dirimu dan Tuhanmu serta serdadu malaikat yang terkagum2.."
readmore »»  

Senin, 08 Agustus 2011

……………DAN LANGITPUN TETAP TERSENYUM


Awan mendung menari diatas langit diiringi dengan dentuman suara petir menyambar tanda akan turunnya hujan pada pagi itu. Nisa, seorang aktivis yang dikenal paling ceria diantara aktivis yang lain tampak murung, pikirannya entah kemana, suasana mendung langit tergambar dari raut wajahnya.
“Anti lagi ngapain?” tanya Fia
“Menanti sebuah senyuman dari atas langit”
Jawab ku mantap. Kulihat Fia malah bengong. Entah ngeh atau nggak dengan jawabanku tadi.
“Yuk, sholat Dhuha dulu. Mungkin Pak Yazid emang nggak ngajar hari ini, apalagi mau hujan”
Kutarik tangannya, berjalan dengan tergesa menuju Mushola kampus. Kulihat, raut mukanya masih terlihat bingung. Kubuyarkan semua itu dengan senyuman. Ah, kelak Fia juga akan tau, apa yang aku rasakan selama ini. Batinku.
***
“Nisaa…..” teriak kakak perempuanku
Dengan malas aku gerakkan tubuh ini menuju dapur
“Lu kemana aja ? kerjanya krluyuran trus. Ngga lihat apa piring kotor menumpuk belum lu cuci !!!”, Sifat kakakku keluar.
Hati ku sakit. Sering kali kakak ku berkata kasar seperti itu. Tapi aku bisa apa? Aku hanya seorang adik yang harus patuh sama kakaknya. Kuraih satu persatu tumpukan piring yang ada di dapur dengan mata menahan air mata.
Hati ku bergemuruh. Sabar, Nisa!! . Teriak hatiku.
Dan aku pun mulai mencuci satu persatu piring yang kotor itu dengan berlinang air mata.
Selesai mencuci piring, aku beranjak kembali ke kamar dan meraih buku agenda dan membaca kembila agenda yang sudah kutulis tadi malam. Baru saja aku asyik dengan aktifitasku, suara itu kembali terdengar di telingaku.
“Nisaa…..ada telepon!!” teriak kakakku kembali
aku langsung beranjak, bergegas menuju ruang tengah.
“Lu ngga denger ha?”
“Maaf kak, tadi Nisa lagi di kamar.” Jawabku. Ku ambil gagang telpon yang disodorkannya
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam. Nisa?” Tanya suara di seberang sana.
Yaa Robb. Akhi Iqbal. Sang ketua LDK di kampus ku. Aku malu sekali. Pasti dia dengar kata-kata kasar kakak ku tadi. Buat ia mengerti, yaa Robb.
“Iya. Ada apa, Akh?”
“Ada surat undangan dari Rohis SMUN 2, mereka minta beberapa akhwat untuk jadi pemateri di acara rihlahnya Rohis mereka. InsyaAllah, pesertanya akhwat semua. Ukhti bisa, kan?”
“InsyaAllah, Akh. Hari apa, ya?” tanyaku.
“Besok. Makanya ana telpon ukhti langsung. Bisa, kan?”
“Iya, InsyaAllah”
“Alhamdulillah. Jazakillah ya, Ukh. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam” jawabku lemas.
Semoga saja Akh Iqbal tidak menceritakan kepada ikhwah lain tentang apa yang barusan ia dengar. Lisan kakakku yang tidak terjaga. Aku malu. Karena aku adalah seorang aktifis. Aku gagal mewarnai keluarga ku dengan kehidupan yang Islami. Sebuah tugas yang amat sulit.
Titut….titut…titut….
Tergesa langkah ku menuju kamar. Aku paling senang jika mendengar nada itu.
ada SMS masuk.
“Ketika qt berharap kekuatan dr Allah. Maka Allah akn membrikan bnyak ujian u/ kt. Tp dr ujian itu, Allah mencetak qt mnjd manusia yg kuat. Ktika qt berharap cinta dr NYA. Maka Allah akn membrikan utusanNYA yg bermslh dlm hal cinta. Dan qt lah yg membri mreka cinta. Dr st qt akn tau, btp diri qt sdh diliputi bnyak cinta. Hnya sj, qt tdk pandai mensyukurinya. Ana mencinta ukhti krn Allah. Fia”
Aku tertegun. Darahku mengalir lebih lamban. Mataku panas.
Tes. Satu titik air bergulir dari kelopak mata ini. Ampunkan hamba, yaa Robb. Sudah banyak nikmat yang hamba kufuri. Hamba bersyukur, Engkau mempercayai hamba untuk mengkondisikan keluarga ini. Beri hamba kekuatan, yaa Ghofar.
Titut….titut…titut… kembali terdengar nada SMS masuk. Cepat kubuka kembali.
“Asw…Indahnya hdup bkn trletak pd sbrpa bnyak orng mngenal qt tp sbrp bnyk org yg bhgia ktka mngenal qt & ana bhgia tlah mngenal mbak, Mbak…ana uhibbuki fillah”
SMS dari Farah, adik tingkatku yang juga satu departemen denganku. Aku kembali menitikkan air mataku.
***
Cuaca pagi dikota itu memang masih sejuk bila angin berhembus, mendung namun hujan tak kunjung turun, sudah satu minggu ini kota Lubuklinggau setiap pagi selalu dibalut awan mendung yang amat sangat. Nisa beserta rombongan menuju kaki bukit sulap, lokasi Rihlah akhwat-akhwat SMUN 2.
“Mbak Nisa punya kakak, ngga?” Tanya seorang akhwat Rohis SMUN 2
Belum sempat aku menjawab, sudah ada lagi yang bersuara
“Pasti kakaknya sholihah juga ya? Sama kayak mba’ Nisa dan yang lainnya” kata mereka polos
Tak urung ku aminkan juga pertanyaan itu. Aku hanya bisa tersenyum.
“Gimana sih mbak biar kita bisa jadi mujahidah yang tangguh, seperti cerita mbak tadi?” yang pake jilbab biru bertanya dengan semangatnya duduk disamping kananku.
“iya, mbak. Kita pengen banget bisa menjadi mujahidah tangguh seperti yang mbak sebutkan tadi. Apalagi bisa dicemburui oleh bidadari-bidadari surga. Waaa.. bisa nggak ya, mbak?” yang jilbab coklat terlihat ekspresif.
“iya nih mbak. Jujur aja ya, mbak. Aku pingin banget jadi sosok muslimah cerdas dan kuat. Apalagi semangat mbak subhanallah, kita pingin dech kalau kuliah nanti jadi akhwat kampus yang punya kinerja dan loyalitas terhadap dakwah kampus kayak mbak. Pastinya keluarga mbak banyak berperan membentuk karakter mbak yang begitu kan?” yang jilbab biru kembali menimpali.
“yaa.. iyalah, masa’ ya iya dong hehe…” si jilbab coklat sedikit bercanda. “Mbak Nisa aja sholihah. Apalagi kakaknya!” yang jilbab hijau bersuara.
Aku hanya bisa menanggapi semua celotehan adik-adik SMU itu dengan senyuman. Andai mereka tau, betapa sulitnya ketika harus berdakwah dengan keluarga. Medan tersulit yang harus dihadapi oleh seorang kader dakwah. Aku lebih memilih mengkondisikan berpuluh Rohis SMU daripada mengkondisikan keluarga. Tapi, inilah kewajibanku, tantangan yang harus aku jalani dan aku menangkan dalam setiap skenario Allah swt.
“kalian semua bisa kok, dek. Kalau kalian sungguh-sungguh. Luruskan kembali niat. Kita berubah semata-mata karena Allah. Bukan karena siapapun” kupandangi satu-satu wajah manis di depanku. Betapa bahagianya hati ini jika selalu berada dalam komunitas di mana terdapat insan-insan yang mencintai saudaranya karena Allah. Hentikan saja waktunya, yaa Robb. Rasanya hamba tak mau kembali ke rumah. Ah, dhoif sekali diri ini.
***
“Kemana aja lu!! Dari pagi kerja lu cuma keluar rumah.” ditariknya jilbabku.
“maaf, kak. Tadi ada ujian di kampus. Jadi ngga bisa cepat pulang” kataku memelas. Setengah merintih menahan sakit.
“lu emang ngga ada manfaatnya ya. Percuma aja lu pake jilbab besar, kemana-mana kayak ninja. Sok alim, tapi ngga nurut sama perintah orang tua itu namanya BEJAT. Tolol !!!” di dorongnya tubuhku.
“Ada apa ini? Kenapa kalian berantem? Kalian kan sudah besar, malu didengar tetangga” bunda tiba-tiba keluar dari kamar, dan melihat ku terjatuh.
Kak Dina langsung membanting pintu kamar.
“Dia yang melawan, Bunda, dia nggak nurut sama perintah kakaknya, bisanya cuma keluar rumah!!” teriaknya dari dalam kamar
“kamu juga, sih. Ngga nurut apa kata kakak mu. Kalo disuruh itu ya nurut, dilaksanakan. Jangan melawan. Pusing kepala bunda kalo kalian ribut terus setiap hari. Malu sama tetangga”
Bundapun ikut menyalahkanku, bunda tak bisa berbuat banyak akan kelakuan kakakku yang kasar itu. Aku selalu di pihak yang salah. Entah, apa yang membuat kakakku begitu kasar padaku. Dulu ia tidak seperti itu, tapi sejak aku aktif dalam organisasi dakwah kampus dan sering kali mengikuti kegiatan di luar kampus, ia berubah total. Dulu, ia tak pernah ambil pusing ketika aku ikut organisasi Pramuka, ia malu punya adik yang menggunakan jilbab besar, apalagi jika teman-temannya kerumah terutama yang cowok. Bunda cuma bisa diam dan cenderung mengalah setiap kak Dina mulai memancing keributan. Mengalah untuk menang, itu dalih bundaku.
Hatiku sakit. Aku seorang aktifis dakwah, yang ketika di luar begitu dikagumi banyak adik-adik binaanku. Seperti kata Fia di surat yang dia berikan ketika hari lahirku. Ana sangat bersyukur dikaruniakan oleh Allah sosok saudara seperjuangan yang begitu mengerti, sholihah, cerdas, tangguh, kuat dan yang membuat ana semakin kagum adalah sifat peduli mu terhadap sesama. Ukhti bisa bersikap sangat ramah dengan siapapun, selalu terlihat ceria. Seperti tak ada masalah di hatimu yang luas itu. Ukhti, tetaplah menjadi saudaraku. Terakhir, semoga umurnya berkah dan selalu dilindungiNya. Amin.
Kutarik nafas dalam-dalam.
Fiuh.
Aku sosok yg kuat? Ah, entah lah, apa betul begitu. Buktinya sekarang aku terlihat sangat lemah. Setiap aku kembali ke rumah setelah melakukan perjuangan di luar. Kekuatan ku seperti menguap tak berbekas. Aku kembali menjadi sosok yang pendiam dan tertutup. Bertolak belakang sekali dengan karakterku di luar. Semoga Allah meridhoi semua apa yang aku lakukan. Termasuk sekarang, aktifitas yang rutin aku tunaikan, duduk di sebelah jendela, menatap langit. Sambil berharap, langit kan tersenyum menghapus semua kegundahan yang aku rasakan. Tapi nyatanya, aku tetap berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
***
Minggu pagi. ada acara Tatsqif Muslimah, aku sebagai ketua pelaksana mulai sibuk sejak pagi, mengkoordinir semua anggota untuk mempersiapkan acara yang akan dihadiri oleh semua muslimah yang termasuk dalam LDK di kampusku.
Ketika peserta mulai berdatangan, aku melihat sosok yang amat aku kenal. Jantungku tiba-tiba berdebar hebat. Dadaku sesak. Firasat jelek sudah menguasai semua dinding hati.
“Ngapain lu disini? Merasa hebat sudah jadi aktifis besar? Ngga tau malu, lu!!”
kak Dina menarik tanganku. Semua mata langsung tertuju ke kami. Aku malu.
“Kita ke sana aja, kak” kataku mencoba tenang. Tapi mata ini sudah mulai panas. Agak kutarik tangannya supaya menjauh dari tempat acara.
“apa-apan, lu” ditepisnya tanganku.
“Lu emang ngga tau malu. Gue tadi kan bilang lu jangan pergi sebelum lu selesai beresin rumah. Kenapa lu langsung pergi, tanpa pamit pula. Sudah merasa hebat pula. Sejak kapan lu berani seperti ini, sejak lu ikut-ikutan seperti temen lu itu. Udah berani melawan rupanya, apa itu yang diajarkan sama organisasi lu itu?! HAH?!!” bentaknya. Semakin membuat situasi mencekam. Tak ada yg berani mendekat. Tuhan, apa yang harus hamba perbuat.
“Tadi aku sudah pamit sama bunda, kak. Semua sudah aku bereskan. Hanya memberi makan kucing yang belum. Tapi aku sudah menyuruh Ega untuk memberi kucing itu makan. Aku takut telat, kak. Di sini ada acara” kataku pelan.
“gue lebih sayang dengan kucing dari pada dengan elu. Lu seneng kan kalo kucing-kucing gue mati?! Dan itu jelas kerjaan lu belum beres. Masih melawan lu?” didorongnya tubuhku. Untung tidak terjatuh. Tapi beberapa akhwat sudah ada yg menahan suaranya. Kaget.
“tapi, aku takut telat, kak aku punya kewajiban disini”
“banyak omong lu. Emang urusan gue? lu mau telat ato ngga? TERSERAH, jadi lu lebih milih acara ini daripada keluarga lu!! Lu emang dah kelewatan. Ini kerjaan lu??? Apa manfaatnya?? Apa disini lu dapetin gaji, bisa ngasih makan lu” ditatapnya sekeliling
“gara-gara jilbab lebar ini lu jadi melawan sama gue. HAH!!” tiba-tiba tangan kak Dina menarik paksa jilbab ku. Hampir terlepas, jika tidak dilerai oleh akhwat yang lain, mungkin keadaanku semakin mengenaskan. Ku pegang erat jilbabku. Jangan sampai aurat ini terlihat oleh yang tidak berhak.
“sudah-sudah… jangan diteruskan. Kita selesaikan secara baik-baik” kata mbak Icha menenangkan.
“ikut campur, lu. Gue ngga punya waktu!! Awas lu ya..” jari telunjuknya mendorong kepalaku ke belakang. Aku hanya bisa menangis. Malu dan sakit.
“urusan kita belum selesai. Kalo ngga banyak manusia sejenis lu di sini. Dah abis lu gue pukul”
Asstaghfirullah, dosa besar apa yang telah hamba lakukan, yaa Robb. Hingga dengan cara ini hamba harus membersihkan diri. Beri hamba kekuatan. Tanpa itu, entah dengan apalagi hamba bertahan hidup. Kulihat kak Dina berlalu. Lega.
Aku langsung dibawa ke sekretariat. Acara tetap dilaksanakan. Entah apa yang berkecamuk dalam hati mereka. Sedih kah? Kasihan kah? Peduli kah? Ah, entahlah.
“anti kenapa ngga cerita kalo punya saudara seperti itu? Paling ngga kita bisa kasih anti keluasan waktu. Dari pada begini, aib anti terlihat oleh semua orang. Tapi sudahlah, semua sudah terjadi” sesal mbak Icha. Pengurus LDK periode tahun lalu.
“ana ngga ingin beban ini malah memberatkan saudara yang lain, mbak. Biarlah ana sendiri yang merasakannya. Beban mereka sudah terlalu berat, amanah dakwah yang mereka emban sudah menyita waktu dan fikiran. Toh, ini masalah pribadi ana. InsyaAllah jika ini sudah kehendakNya, maka semua bisa dilewati” kataku mencoba bersikap bijak. Biarlah, keikhlasan dan kesabaran ini menjadi tabungan amal buatku.
“Maafkan ana, mbak. Mungkin ana sudah mencoreng nama LDK kampus karena peristiwa tadi. Tapi semua terjadi di luar kehendak ana. Maafkan yaa, mbak” tambahku disela isak yang tertahan. “ya sudah, sabar ya, dik. Allah yakin, adik bisa melalui ini, bukankah Allah tak pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan hambaNya? Yang tenang ya. Innallaha ma’a shobirin. Jangan merasa kesepian, berbagilah dengan saudara yang lain, biar beban yang adik rasa tak terlalu berat. Adik sudah menjadi uswah di kampus ini. Tetaplah berjuang, dakwah membutuhkan kader-kader tangguh seperti adik. Adik tau? Kami sangat mencintai adik” mbak Nopi langsung memelukku. Pecahlah tangisku disana.
Indah sekali ukhuwah ini, yaa Robb. Kenapa aku masih ragu untuk berbagi dengan mereka? Padahal mereka begitu peduli dengan apa yang aku rasa. Cintai mereka, yaa Robb. Ikatkan hati kami di jalan mulia ini. Amin.
***
Fia menemaniku di sekretariat, ia memelukku erat setelah kejadian itu seolah ingin memberikan kepadaku kekuatan. Aku bahagia punya saudara seperjuangan seperti Fia.
“Kuat ya, Nis. Allah sayang sama anti. Semakin tinggi kedudukan seorang hamba, maka semakin kencang angin ujian berhembus. Ana yakin anti bisa melalui fase ujian ini dengan baik. Nisa sang mujahidah tangguh gitu lho!!”
“ana mencintai anti karena Allah…”
Fia… aku bukan sekedar mencintaimu di dunia. Tapi aku sangat berharap, kelak di akhirat kita saling bergandeng tangan bersama Rosulullah. Kita saling menguatkan ya, melewati ujian Allah ini. Tapi tenanglah, Allah selalu bersama kita. Tetaplah tegar, seperti mujahidah yang aku kagumi. Ujarku dalam hati. SubhanAllah, mesra sekali ukhuwah ini. Teruslah ikatkan hati kami dalam naungan cintaMu yaa Robb.
***
Hari ini acara Jalatsah Ruhiyah dadakan nih. Semua pengurus akhwat dakwah kampus berkumpul di taman kampus. Semalam, Fia memberiku informasi via SMS. Dan ternyata agenda hari ini evaluasi dan introspeksi serta curhat. Aku hanya bisa diam..
Acara berjalan khusuk, tak terasa air mata mengalir, kami saling menggenggam jari. Saling merangkul, saling berbagi, saling menasihati. Kami saling menceritakan semua kondisi pribadi dan keluarga kami pada forum ini. Air mata terus mengalir, ternyata bukan aku saja yang memiliki problem keluarga tapi juga Fia sahabatku. Fia menceritakan semua yang terjadi. Semua tak menyangka kalau Fia sang staf departemen kaderisasi itu mempunyai segudang masalah di rumah. Akhirnya kami menyadari bahwa ukhuwah yang kami rasa cukup itu ternyata amatlah gersang. Segersang hati kami ketika kami tak mengetahui bahwa saudara seperjuangan kami menderita. Dan sekarang, kegersangan itu kami siram dengan nasihat dan rasa ikhlas. Semoga hati kami yang tandus ini berubah menjadi lahan subur untuk menumbuhkan rasa cinta dan empati kepada saudara.
Satu pelajaran indah yang aku petik, semua harus disyukuri, apapun yang terjadi. Karena itu sudah kehendakNya. Dan semua akan terasa lebih ringan jika kita saling berbagi.
Begitu indah komunitas ini. Kenapa tidak dari dulu aku berbagi?
Ternyata, bukan hanya kami berdua yang punya segudang masalah, ada Fira, Syita, Aisyah, banyak lagi.
“Hidup memang sunnatullahnya begitu. Istirahatnya para mujahid adalah di surga. Kita hanya akan berhenti ketika langkah kaki kita menginjak pelataran surga” begitu kata Mbak Icha ketika menenangkan kami.
“Ketika kita berhasil menyelesaikan beberapa masalah, maka akan banyak lagi masalah yang menuntut penyelesaian. Begitu seterusnya. Semakin tinggi derajat kita dihadapan Allah. Semakin berat ujian yang Allah beri sama kita. Berbahagialah bagi yang merasa bahwa ujian hidup ini sangat berat, barangkali orang tersebut derajatnya di hadapan Allah sudah sangat tinggi. Tapi yakinlah, Allah tidak akan menyulitkan hambaNya, dan Allah tidak pernah memberi beban di luar kemampuan hambaNya” Mbak Nopi menambahi.
Aku tertegun. Tubuh ini bergetar.
“Dinda Sholihah, mbak selalu mengagumi sayap-sayap kalian yang tak pernah berhenti mengepak dan senantiasa terbang tinggi dan kian tinggi. Kecepatan dan gelombang ruhiyah kalian pun sangat luar biasa. Kalian, aktivis dakwah yang tak pernah kenal henti berjuang, dinamis, dan haroki, mewakili moto tentang jangan pernah diam dan berhenti bergerak, karena diam dapat mematikan”
Yaa Robb, setitik cinta yang hamba harapkan, semoga bisa menguatkan langkah ini. Selangkah kaki di jalan mulia ini semoga bisa meneguhkan azzam ini. Hamba tak perduli setinggi apa kedudukan hamba di hadapanMu, hamba akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik dengan ikhtiar yang tertatih ini. Terimalah cinta yang tak seberapa ini, yaa Robb. Pintaku dalam hati.
Berikan kami kekuatan, ya Rabb. Jadikan kami mujahidah-mujahidah tangguh yang akn selalu tegar berada di jalan-Mu. Ikatkan hati kami untuk menggapai cinta-Mu. Lanjutku Sambil menatap langit. Dan aku berharap senyuman dari langit. Hatiku sangat bahagia.
“Nisa, tersenyumlah selalu, karena senyummu bias meluruhkan keletihan hatiku dan saudara-saudara yang lain. Tegarlah seperti karang. Anti tidak akan pernah sendiri”. Aku terkejut ketika Fia berada disampingku.
Nisa tersenyum. Dia memang sangat bahagia hari ini. Langit biru, tersenyum di horizon. Senyum itu terpantul di permukaan danau. Air mata kadang justru memperindah senyuman, sebab di baliknya ada cerita penuh makna. Tiba-tiba angin sejuk menerpa wajahku. Sejuk sekali. Wangi.
readmore »»  

Minggu, 31 Juli 2011

Ramadhan is coming....

.:Alhamdulillah..
segala nikmatNYA tak akan pernah terputus..:.
hanya saja, apakah kita bisa merasakan nikmat-nikmatNya dan mensyukurinya.
MasyaALLAH , ALLAH mempertemukanku kembali dengan Ramadhan saat ini

Sejatinya, Ramadhan dari tahun ke tahun sama saja, yang membuatnya berbeda adalah apakah diri kita bisa berubah menjadi lebih baik dari tahun ke tahun berikutnya.
Semoga sapaan Ramadhan kali ini lebih lembut dan membekas lebih indah.

Bismillah.. persiapkan Ramadhan lebih dan lebih!!!
Barokalloh ^^
readmore »»  

DiNamiKa... ( pahami keberadaan kita dan mereka )

DiNamiKa... ( pahami keberadaan kita dan mereka )

Dinamika adalah kawan akrab perjuangan, maju dan mundur, naik dan turun, juga diam dan berteriak, sebuah peran yang tinggal menunggu saat tepat penggunaan. Berteriaklah ketika harus berteriak dan diam ketika harus diam. Tak semua dari kita bisa mengikuti jalannya sebuah dinamika. Laju perubahan yang cepat maupun sebuah kemunduran menjadi sebuah dinamika yang pasti terjadi dan itu sunnatullah.

Dinamika pula yang menyebabkan seseorang tampak aktif maupun tidak aktif dalam beraktifitas. Penurunannya bisa jadi tidak seekstrim sampai 180 derajat, namun dari sangat aktif sekali, menjadi sangat aktif, aktif, cukup aktif, lumayan aktif, agak aktif, sedikit aktif, kadang-kadang aktif, sampai tidak aktif blas, dan lain sebagainya.

Nabi Muhammad SAW pun tak luput mengalami dinamika itu. Justru dengan dinamika itu, sangat layaklah beliau menjadi panutan kita. Semua bisa dijangkau dengan nalar dan logika. Peristiwa Uhud adalah kekalahan yang busa juga berarti kemenangan di sisi lain yaitu kemenangan maknawiyah, ruhiyah dan mental kaum muslimin.

”Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh – musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata, ’Darimana datangnya (kekalahan) ini’. Katakanlah, ’Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri’. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu’. Al Qur`an Surat Ali Imran ayat 165.

Peritiwa Uhud membuat kaum muslimin melakukan konsolidasi keimanan dan konsolidasi stuktural. Pasca kocar-kacirnya kondisi pasukan Uhud, Rasulullah segera berinisiatif untuk mengumpulkan kembali keadaan pasukan, Rasulullah bukan meminta para sahabat untuk segera menyelamatkan diri masing-masing tetapi justru menyeru mereka untuk kembali menyatukan kekuatan dan melakukan konsolidasi secara struktural, maka kemudian dimintalah salah seorang sahabat menyeru untuk segera berkumpul, menyusun kembali pribadi-pribadi sahabat menjadi satu kesatuan barisan yang kokoh. Rasulullah sebagai panglima perang dan beberapa sahabat utama menjadi komandan pasukan.Konsolidasi struktural, menjadi kunci kemenangan berikutnya !

Dalam sebuah buku ”mengorganisir rakyat”, seorang pelaku pengorganisir rakyat, Jo Hann Tan, diawal tulisannya menuliskan

Pada Awalnya,…..

maka, jika anda memutuskan untuk menjadi pengorganisir rakyat, bersiaplah menghadapi banyak tantangan, karena menjadi pengorganisir rakyat berarti terlibat dalam suatu proses perjuangan seumur hidup ”.

“ dan jika ternyata semua serangan itu terlalu kuat dan tak mampu lagi anda atasi, maka bersiaplah sejak awal untuk menerima kenyataan bahwa anda gagal sebagai pengorganisir rakyat”.

Dinamika adalah hal yang harus dihadapi dengan kepercayaan diri. Roda selalu berputar. Ada kalanya di atas pun begitu suatu saat pasti di bawah. Pengalaman mampu berbicara banya untuk menguatkan kepercayaan diri menghadapi berbagai dinamika hidup. Kata Anis Matta, pengalaman memberi seseorang keyakinan-keyakinan baru yang memperteguh keyakinan-keyakinan sebelumnya. Ketika kebenaran ide, konsep atau pemikiran terbukti dalam pengalaman kehidupan riil, pengalaman itulah yang memberi keyakinan-keyakinan baru, yang melampaui batas-batas rasional dan memasuki wilayah hati.
readmore »»  

Dakwah itu Visioner

Dakwah Itu Visioner
(copas from my friend)
“Dakwah itu adalah sebuah kebaikan…namun terkadang kalah oleh karena kita tak berfikir visioner”

Visioner adalah padanan kata yang tepat itu menempatkan gerakan dakwah di berbagai ranah kehidupan. Mengapa? Karena tanpa pemikiran yang visioner, gerakan dakwah itu hanya akan bertahan sebentar sekali dalam area yang dimasukinya. Apakah itu yang kita inginkan? tentu sama sekali tidak.

Pagi tadi ketika sedang berkunjung ke sebuah sekolah umum dan berbincang-bincang dengan guru-guru, di tengah perbincangan kami salah satu guru tersebut mengatakan:

“Aneh tetangga saya yang baru lulus kemarin, sekarang sedang kuliah kemarin menikah.” Guru lain menanggapi: Pacaran tidak?

Ibu itu menjawab: “Tidak!! Langsung nikah.” Kemudian ibu tadi bicara: “Hm…Jelas itu mah masuk “aliran” yang gak mau pacaran, oh yang perempuannya pake jilbab yang lebar ya? Hmm..ya kayaknya aliran itu tuh.” Jawab guru yang pertama menimpali.

Wahai saudara/i…ku pejuang dakwah dan mencintai Allah swt. dan Rasul saw. dengan ikhlas..itulah gambaran jelas yang terjadi di masyarkat…

Dalam hiruk pikuk film-film Islam, novel-novel Islami dan juga buku-buku Islami ternyata belum mampu mensibghoh masyarakat dengan utuh.. baru sebatas ada “alternatif”.

Inilah sebenarnya tugas da’i dan da’iyah di belahan bumi manapun, karena masyarakat itu butuh sentuhan langsung. Maka akan salah sekali jika para da’i dan da’iyah itu menjadikan indikator keberhasilan itu ketika yang terlihat adalah kuantitas yang begitu banyak tanpa kemudian melupakan tugas selanjutnya bagaimana agar menjadi berkualitas.

Yang sering terjadi di tataran grass root adalah para punggawa dakwah itu menjadi semakin elitis, sehingga objek dakwah kita hanyalah menjadi sekedar kue biasa yang dimakan kemudian tidak berbekas dalam ingatan mereka.

Padahal seharusnya analogi kue itu jika ada pengemasan yang baik seperti distribusi yang rapi dan mendekat dan juga kemasan kue yang diberikan dalam bentuk baik, kemudian senyum-senyum yang manis dari sang pengantar kue maka akan lain ceritanya.

Sekali lagi, objek dakwah itu butuh sentuhan langsung bukan bersikap elitis.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr:18

Ayat ini mengingatkan bahwa strategi kemenangan itu letaknya pada sebuah perencanaan yang visioner dengan balutan taqwa dalam setiap langkah pencapaian. Maka tak ada lagi logika retorika, semua yang harus ada adalah ketika retorika berbanding lurus dengan perbuatan.

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” As-Shaff:2-3

Jangan menyerah saudara-saudariku… Lanjutkan perjuangan para Nabi, dengan perencaaan visioner.
readmore »»  

Kamis, 28 Juli 2011

Mencintai

MENCINTAI
-M.Anis Matta-
Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilahkan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Kita harus belajar untuk bertanggung jawab atas setiap perkataan kita. Bukankah lebih baik bahagia melihat orang yang kita sayangi bahagia bersama orang lain dan akan lebih menyakitkan lagi ketika orang yang kita sayangi tidak bahagia bersama kita.
Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
Maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
Pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
Selamanya memberi yang bisa kita berikan,
Selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.

-M.Anis Matta-
Ketika memang orang yang kita sayangi, harus menikah dengan orang lain... yakinlah saat ini Allah sedang mempersiapkan imam terbaiknya untuk menemani kehidupanmu selanjutnya. Ikhlaskan perasaan itu, hanyutkan ia dalam derasnya air yang mengalir dalam kerinduan. Tak mudah memang,, butuh waktu untuk menetralisir itu. Teori tak semudah prakteknya. Tapi kembalikanlah semua itu pada Pemilik Cinta. Karena Pemilik Cinta yang memberi maka kembalikan lagi dan pintalah kepada Pemilik Cinta untuk mengambilnya kembali. Percayalah...setiap cobaan ada masanya, dan ada waktunya nanti untuk kita bahagia. Hanya berbeda waktu dan caranya^^
Berusaha membuat cinta itu sebagai kata kerja. Lakukanlah kerja jiwa dan raga untuk mencintainya. Kerjakan cinta yang ku maksudkan agar kau temukan cinta yang kau maksudkan, karena cinta adalah kata kerja. Biarlah perasaan hati menjadi makmum bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh amal-amal shalih kita (JCPP).
Biarlah rasa sayang ini ku mahkotai dengan keimananku dan biarlah rasa ini berhenti pada titik ketaatan kepadaMu, Ya Rabbku....
Ya ketika cinta yang terlanjur disergap perasaan memiliki,,pembicaraan yang tak seharusnya muncul,, interaksi yang intens,, akibatnya ada suatu harap yang tertanam... ya inilah akibatnya. Belajarlah untuk menyayangi orang sewajarnya,, walo perasaan itu fitrah tapi kemaslah dengan indah agar jika si dia bukan imam kita,, hati ini pun tak begitu terpukul kehilangannya. Itu hanyalah titipan dari Allah,, hanya berbeda caranya saja,,kapan dan bagaimana kita harus berpisah dengan orang yang kita sayangi^^
Ketika mengalami hal itu,, cukuplah air mata ini mengalir sebagai rasa bahagia...karena orang yang kita sayangi akan menggenapkan separuh dari agamaNya bersama pilihan Allah yang lain walo dalam hati menginginkan pilihan itu adalah kita.
Allah memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan^^
“Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah” *doa Sang Nabi*
readmore »»  

Rabu, 27 Juli 2011

Nasehat Ramadhan utk orang-orang sholeh

Nasehat Ramadhan Orang-Orang Shalih
1. Berusahalah semaksimal mungkin untuk menjadikan Ramadhan penuh berkah ini sebagai stasiun untuk menginstrospeksi diri, dengan meningkatkan amal-amal kita, mengulang dan memperbaikinya, untuk bekal kehidupan kelak.
2. Berusahalah menjaga kestabilan dan konsistensi shalat Tarawih secara berjamaah. Karena Rasululloh SAW bersabda, “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia berhenti, maka akan dicatat untuknya seperti mendirikan shalat sepanjang malam.”
3. Berhati-hatilah untuk tidak berbuat berlebih-lebihan dalam harta dan lainnya. Karena berlebih-lebihan itu adalah perbuatan haram dan membuat kita sedikit bersedekah. Padahal sedekah itulah yang akan mendatangkan pahala untuk kita.
4. Bertekad untuk melanjutkan perbutan-perbuatan baik yang kita biasakan di dalam Ramadhan, setelah Ramadhan berakhir.
5. Mengambil pelajaran atas waktu yang telah berlalu, serta berusaha menutupi kekurangan yang ada dengan memanfaatkan sisa umur.
6. Sesungguhnya, bulan ini adalah bulan ibadah dan amal, bukan unuk memperbanyak tidur dan memelihara kemalasan.
7. Biasakan lidah kita untuk berdzikir. Janganlah kita termasuk orang-orang yang sedikit mengingat ALLAH SWT.
8. Ketik akita merasa lapar, maka ingatlah sesungguhnya kita adalah makhluk yang lemah, dan kita sangat membutuhkan makanan dan kebutuhan lainnya dari ALLAH SWT.
9. Gunakanlah waktu kita di bulan ini untuk meredam syahwat dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, bahkan membahayakan.
10. Ketahuilan bahwasanya beramal itu adalah amanah. Maka introspeksilah diri kita apakah kita sudah melakukannya dengan baik atau tidak.
11. Bersegeralah memohon maaf kepada orang yang pernah kita zhalimi, sebelum orang itu mengambil pahala amal kebaikan kita di akhirat kelak.
12. Berusahalah untuk selalu memberi makanan dan minuman berbuka kepada orang yang berpuasa agar kita mendapatkan pahala seperti puasa yang dikerjakannya.
13. Ketahuilan bahwasanya ALLAH SWT Maha Memuliakan dan Maha Penyayang menerima taubat orang-orang yang bertaubat. Dan Dia adalah Dzat yang memiliki kekuasaan membalas dahsyatnya tak terkira.
14. Jika kita melakukan maksiat, sementara ALLAh menutupi aib kita dari perbuatan maksiat itu, maka ketahuilah sesungguhnya ini adalah perintah agar kita segera bertaubat dan kuatkan tekad untuk tidak kembali mengulang kemasiatan serupa.
15. Ketahuilan pula bahwasanya ALLAH SWT membolehkan kita untuk beristirahat dan bersantai dengan hal-hal yang juga dibolehkan. Akan tetapi jangan terlena dengan istirahat itu sehingga menjadikan waktu kita untuk beristirahat dan berleha-leha., sehingga tak tersisa waktu untuk kita melakukan persiapan dengan menumpulkan banyak amal.
16. Bekali diri kita dengan pemahaman atas makna-makna (tafsir) Al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi SAW, sirah Nabi dan salafushalih,dan ilmu-ilmu agama karena sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah termasuk ibadah.
17. Jauhkan diri kita dari pergaulan dengan orang-orang yang kurang baik akhlaqnya, dan sebaliknya, perbanyaklah berteman dengan orang-orang shalih yang bisa menularkan keshalihannya dan ketaatannya kepada kita.
18. Sesungguhnya sikap kita yang selalu bersegera datang ke masjid adalah pertanda kuatnya kerinduan dan cinta kita kepada sang Khaliq.
19. Jangan terlalu banyak menghidangkan jenis makanan ketika sedang berbuka puasa, karena hal itu selain mubadzir juga akan menyibukkan anggota keluarga untuk mempersiapkannya, sehingga mereka akan kehilangan banyak kesempatan di waktu siang untuk membaca Al-Qur’an dan ibadah-ibadah yag lain.
20. Jangan terlalu sering jalan-jalan, keluar rumah di waktu malam seperti ke tempat-tempat umum , mal, pasar, tempat hiburan, dsb. Terutama di hari-hari penghujung Ramadhan agar kita tidak kehilangan kesempatan yang sangat berharga.
21. Berupayalah sekuat tenaga untuk melakukan Qiyamulail pada sepuluh malam terakhir, karena malam-malam itu adalah malam-malam yang memiliki keutamaan dimana Lailatul Qadr; malam yang lebih mulia dari malam seribu bulan, akan turun.
22. Lakukanlah i’tikaf di masjid, meskipun hanya beberapa jam.
23. Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam idul fitridan pada pagi harinya sampai selesai melaksanakan shalat.
24. Ketahuilah bahwa hari Idul Fitri adalah hari untuk bersyukur kepada ALLAH. Maka jangan jadikan ia sebagai hari kebebasan untuk melakukan semua hal yang selama ini terpendam dalam keinginan kita.
25. Ingatlah selalu kepada ALLAH, sedang kita selalu dalam keadaan suka cita dengan kedatangan hari raya.
26. Gunakanlah sebagian hari-hari kita di luar Ramadhan untuk berpuasa sunah. Janganlah kita hanya berpuasa di bulan Ramadhan saja.
27. Selalulah mengintrospeksi diri kita dalam segala hal. Seperti menjaga shalat jamaah, berbakti kepada kedua orang tua, mengeluarkan zakat, bersilaturrahim, selalu membaca ALQur’an dan mentadaburinya, dll.

Inilah beberapa nasehat singkat dari orang-orang shalih kepada kita. Semoga kita dapat menjadikannya sebagai renungan untuk merengkuh sebanyak mungkin pahala yang terkandung dalam bulan Ramadhan.

::diambil dari buku Nasehat Ramadhan Orang-Orang Shalih, karangan ust. Sulthan Hadi::
readmore »»